“Jika anda menjadi guru hanya sekedar transfer pengetahuan, akan ada masanya anda tidak lagi dibutuhkan. Karena Google lebih cerdas dan lebih tau banyak hal daripada anda. Namun jika anda menjadi guru yang juga mentransfer adab, ketaqwaan dan keikhlasan, maka anda akan selalu dibutuhkan karena Google tak punya itu semua.” KH. Dimyati Rois
Kutipan ini membandingkan peran guru dengan teknologi, khususnya Google, sebagai sumber informasi. KH. Dimyati Rois ingin menyampaikan bahwa:
> “Jika anda menjadi guru hanya sekedar transfer pengetahuan…
Jika seorang guru hanya berfungsi untuk menyampaikan materi atau informasi yang bisa dicari dengan mudah di internet, maka perannya bisa tergantikan oleh teknologi. Google memiliki akses ke miliaran data dan pengetahuan yang bisa diakses kapan pun.
> “Karena Google lebih cerdas dan lebih tau banyak hal daripada anda.”
Pernyataan ini menekankan bahwa dalam hal pengetahuan duniawi dan informasi faktual, Google bisa jadi lebih unggul dan cepat memberikan jawaban.
> “Namun jika anda menjadi guru yang juga mentransfer adab, ketaqwaan dan keikhlasan…”
Di sinilah letak keunggulan seorang guru sejati. Seorang guru tidak hanya mengajar, tetapi juga mendidik—menanamkan nilai-nilai moral, spiritual, dan etika kepada peserta didiknya.
> “Maka anda akan selalu dibutuhkan karena Google tak punya itu semua.”
Adab, ketulusan hati, dan keteladanan adalah hal yang tidak bisa diajarkan oleh mesin pencari. Hanya bisa ditularkan melalui contoh hidup, interaksi langsung, dan ketulusan niat.
Peran guru akan selalu relevan dan dibutuhkan sepanjang zaman, selama mereka tidak hanya mengajar, tetapi juga mendidik. Di era digital ini, guru perlu tampil bukan hanya sebagai sumber ilmu, tapi sebagai teladan akhlak dan spiritualitas.
Pengirim: Makhrus Ali,
Editor: Chotibul Umam
Tidak ada komentar