Puisi Cinta: Bawalah Aku Bersamamu

Admin
1 Jun 2021 17:07
Sastra 0 12
2 menit membaca
puisi cinta

Bawalah Aku Bersamamu

Oleh: Mai Hamdati

Sayang, sedang apa kau di sana
Masihkah Berjibaku dengan mimpimu yang gersang
mengikuti gemerlap lampu-lampu kota
penuh harapan
sedangkan sudah lama
kau biarkan rambut panjangmu berserakan
di buritan hatiku yang menyimpan
setiap kenangan
Seandainya saja dapat kutemukan kau
di negeri senja
atau bahkan di sebuah rumah tua
-tempat para pengelana singgah
-untuk sekedar menenggak sisa mimpi
-sebagai tanda hilangnya nasib dari kendali-

style=”display:block; text-align:center;”
data-ad-layout=”in-article”
data-ad-format=”fluid”
data-ad-client=”ca-pub-1149706441758329″
data-ad-slot=”2950194178″>

Sayang, tiba-tiba aku teringat
Pada sebuah sore sebelum gerimis
saat kita sama-sama berbagi cerita
tentang luka dari masa lalu kita
dan diam-diam kau letakkan lelahmu di sana
yang kemudian kuambil separuhnya
Saat itu, kubaca setiap daun yang jatuh
dari tangkai pohon beringin yang hampir rubuh
di pojok hati kita yang lusuh
mencoba mencari jawaban
dari luka yang tiba-tiba menggores hatiku
saat kau pergi begitu saja
meninggalkan cintaku pada sebuah koma
lihat: Musikalisasi Puisi: Bawalah Aku Bersamamu

Sayang, entah sudah berapa purnama
aku menunggumu, hanya bisa tetdiam terpaku
Aku menggigil, melihat hujan memadamkan api di tubuh bumi. 
Aku membeku, melihat gerimis  yang jatuh di atas daun-daun,
memang tidak seindah embun,
tapi cukup kuat untuk menggumpalkan kesepianku. 
Aku bukan lagi debu kering yang bisa diterbangkan angin,
tapi juga tidak terlalu basah untuk bisa menetap.
Genggam aku, dan masukan ke dalam kopermu.  
karena ku yakin  hanya aku yang mampu menenangkanmu

style=”display:block; text-align:center;”
data-ad-layout=”in-article”
data-ad-format=”fluid”
data-ad-client=”ca-pub-1149706441758329″
data-ad-slot=”2950194178″>

Sayang, bawalah aku bersamamu
mengais mimpi
mungkin di antara jalanan yang berdebu
atau degup jantung bertalu-talu yang telah
memukuli perutmu hingga semakin membiru
Tapi, sungguh itu lebih baik untukku
dari pada menjadi kupu-kupu
yang terpaksa merelakan sayapnya sendiri
dan berpura-pura bahagia dengan sayap lain
yang membuatku tidak akan pernah bisa terbang- 
Sayang, dimanapun kau berada sekarang
bisakah kau keluar sebentar
Untuk melihat satu bintang
Yang berdiri di langit sendirian
dengan kerlip cahayanya yang hampir memudar
sehingga bisa kau baca pesan singkat ini
dan pada seperempat malam terakhir berikutnya
aku akan menunggumu
untuk membawaku pergi bersamamu



style=”display:block; text-align:center;”
data-ad-layout=”in-article”
data-ad-format=”fluid”
data-ad-client=”ca-pub-1149706441758329″
data-ad-slot=”2950194178″>


Tanggamus, 2009-



Sumber Ilustasi: https://www.flickr.com/photos/ariken/7001996122

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

x
x
x