ragamkatakita.com – sahabat raka, merayakan ulang tahun sudah tidak asing lagi di tengah-tengah kita. Sanak, kerabat, teman, keluarga, adik, kakak bahkan kita sendiri mungkin pernah merayakan ulang tahun.
Sebagai seorang muslim, timbul pertanyaan bagaimana hukumnya merayakan ulang tahun dalam Islam. Karena kita tahu, sesuatu perkara atau pekerjaan yang dilakukan tanpa tuntunan dari agama kita, atau bahkan tidak sesuai dan menyalahi ajaran Islam itu sama saja melakukan perbuatan dosa.
Terutama berkaitan dengan meniru perilaku atau perbuatan yang dilakukan oleh Yahudi atau Nasrani. Nabi SAW bersabda yang artinya:
“Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk golongan mereka.” (HR. Ahmad)
Perbuatan meniru suatu kaum ini disebut dengan tasyabbuh. Namun tidak semua tasyabbuh dilarang, seperti merayakan ulang tahun dengan memotong kue untuk dibagikan pada teman, merayakan ulang tahun dengan bersedekah atau merayakan ulang tahun dengan muhasabah mengingat hari kelahiran atau umur kita.
Hal itu sebagaima dikatakan Buya Yahya. Dalam penjelasaan beliau, ulang tahun bisa dimasukkan kedalam bab muhasabah.
– Mengingat umur, bahwa umur kita berkurang, semakin dekat dengan kubur.
Kita perlu tahu umur kita untuk koreksi diri. Apakah tahun-tahun lalu kita sudah berbuat taat atau belum, berapa banyak dosa kita dan berapa pahala yang kita dapat. Semua itu tujuannya agar diri kita bisa menjadi lebih baik lagi di tahun-tahun mendatang, jika masih diberi umur oleh Allah SWT.
– Syukuran, dengan mengundang orang-orang untuk berkumpul makan bersama.
Kita bersyukur masih diberikan kesempatan untuk hidup, sehingga kita masih bisa bermal. Salah satu caranya yaitu kita mengundang orang-orang terdekat atau orang-orang disekitar kita untuk makan bersama, atau juga bisa dengan bershadaqoh.
– Berdoa agar tahun-tahun yang akan datang dihindarkan dari maksiat.
Berdoa agar kita dihindarkan dari masksiat adalah salah satu bentuk kepasrahan kita pada Allah SWT bahwa hanya Dia lah yang bisa menghindarkan kita dari maksiat. Hanya dengan kekuatan dariNya kita bisa berbuat taat dan hanya dengan kekuatan dariNya kita bisa terhindar dari mudharat.
– Berdoa dipanjangkan umurnya.
Umur bertambah satu tahun, berarti kesempatan kita untuk beramal telah terlewatkan satu tahun. Dan tahun berikutnya kita belum tahu apakah kita masih diberi umur atau tidak. Sehingga berdoa agar dipanjangkan umur nya adalah sesuatu yang diperbolehkan dan baik.
– Tiup lilin.
Apakah boleh merayakan ulang tahun dengan meniup lilin? Jika itu adalah tasyabbuh, atau menyerupai suatu kaum yang tidak menyembah Allah, maka itu dilarang. Seperti jika tiup lilin adalah meniru kegiatan bangsa yunani kuno, yang saat itu mereka lakukan dengan tujuan untuk menitip pesan atau doa kepada dewa dewi, biar saat lilin ditiup doanya dibawa oleh asap lilin tadi, maka ini hukumnya haram.
Kata Buya Yahya, jika memang kisah diatas merupakan benar, maka lebih baik tiup lilin dihindari. Tidak usah memakai tiup lilin.
– Berfoya-foya dan bermaksiat
Hal yang juga tidak boleh dilakukan saat ulang tahun adalah dengan tidak melakukan maksiat, misalnya dengan berfoya-foya, berhura-hura dan menghambur-hamburkan harta yang tiada gunanya.
Kembali ke pembahasan awal mengenai kegiatan mengingat hari kelahiran, Nabi SAW, ketika di tanyanya tentang puasanya di hari Senin, beliau menjawab, “Hadzaa yauma wulidtu” ini adalah hari kelahiranku.
Nabi senang dengan hari senin. Yang rasa senagnya itu diwujudkan dengan berpuasa. Hadits ini yang sering dijadikan dasar oleh beberapa orang yang merayakan ulang tahun. Walaupun Nabi tidak spesifik menyebut puasa hari Senin adalah untuk merayakan ulang tahun, tetapi beramal shaleh di hari kelahiran kita adalah diperbolehkan.
Termasuk beramal shaleh dengan bermuhasabah, bershadaqoah, mengingat-ingat umur dan berdoa. Semoga kita semua senantisa terhidar dari perbuatan yang sia-sia dan senantiasa mendapat bimbingan dari Allah SWT. Aamiin.
Sumber ilustrasi: https://www.pikist.com/free-photo-stodw/id
Tidak ada komentar