Oleh: Mai Hamdati
Ternyata sudah dua kali puasa dan dua kali lebaran, kita tidak merasakan kemeriahan seperti lebaran biasanya. Tentu semua punya ingatan masing-masing dengan kampung halaman dan semua kebiasaan yang ada di sana saat lebaran datang. Biasanya kemeriahan itu dimulai dengan pawai takbir, suara petasan, tidur berhimpitan di rumah orang tua, sholat idul fitri, sungkem dengan orang tua, berkunjung ke sanak saudara, makan bersama, kemudian berwisata bersama.
Semua itu kini hanya menjadi angan-angan yang harus diterima, karena pandemi belum juga menunjukan tanda-tanda kapan akan reda. Keyataannya banyak yang bisa menerima semua kebijakan pemerintah yang melarang masyarakat mudik, tapi di lapangan tidak sedikit pula yang menolak keras dan terang-terangan menerobos penjagaan polisi di titik penyekatan supaya bisa sampai di kampung halaman.
Momen lebaran memang sangat mengingatkan setiap orang dengan semua hal yang berbau keluarga, seperti orang tua, anak, istri, saudara, rumah, makanan rumah, lingkungan masa kecil, bahkan teman masa kecil. Oleh karena itu banyak orang abai dengan covid 19 dan menganggapnya antara ada dan tiada
Bagi orang yang menganggap covid 19 itu ada, tentu tahu bahwa saat ini masih belum boleh lengah dan harus tetap berhati-hati. Akan tetapi tidak juga kemudian membuat kita terlalu takut dan mengurung diri dalam kesepian. Saat ini waktunya berpikir positif dan belajar untuk tetap merasa bahagia.
1. Bahagia karena kita diberi kesehatan
Kesehatan sering kali dianggap tidak penting, padahal di masa pandemi saat ini hal tersebut sangat penting dalam hidup kita. Lihatlah mereka yang kebetulan terkena virus covid 19, sehingga harus dirawat di rumah sakit atau isolasi mandiri di rumah. Pasti lebih ringan kita yang masih diberi kesehatan dan masih diperbolehkan ke luar rumah untuk melaksanakan ritual lebaran sebagaimana mestinya
2. Bahagia karena masih punya pekerjaan
Meski tidak bisa mudik, tapi berbahagialah karena kita masih punya pekerjaan. Lihatlah mereka yang harus kehilangan pekerjaan karena covid 19, pasti mereka sedang sibuk memikirkan bagaimana esok bisa makan dan mencukupi kebutuhan keluarga.
3. Bahagia karena masih punya uang
Tidak usah terlalu fokus dengan kekecewaan karena tidak bisa mudik. Bukankah mudik merupakan acara yang akan terus berulang setiap tahun. Mungkin tahun ini tidak bisa, tapi tentu bisa digantikan tahun-tahun yang lain. Bahagialah karena kita punya uang dan kirimkan rezekimu untuk keluarga sebagai tanda kita memikirkan mereka. Mungkin apa yang kita lakukan tidak bisa memberikan kebahagiaan yang sempurna, tapi semoga bisa memberikan secuil kebahagiaan untuk mereka.
4. Bahagia karena banyak orang yang bernasib sama
Ingatlah jika kita tidak sendirian dalam situasi sulit ini. Banyak orang juga mengalami nasib yang sama. Kita bisa bersilaturrahim dengan tetangga atau teman kantor. Mungkin akan tetap terasa berbeda, akan tetapi masih lebih baik dari pada berdiam diri di rumah saja di hari libur lebaran. Bukankah kita juga punya dosa dengan tetangga dan rekan kerjamu. Selain itu, saat bersilaturrahim kita juga bisa bercerita dengan orang- orang yang bernasib sama, dan tentu itu akan menjadi kebahagiaan tersendiri.
5. Bahagia dengan menerima keadaan
Yang terakhir cobalah menerima keadaan yang memang sudah digariskan saat ini. Tidak usah memaksakan untuk mudik jika memang akan banyak madhorotnya. Bukankah kita percaya, kalau Allah lebih tahu apa yang terbaik untuk kita. Cobalah mencari kebahagiaan dalam situasi sulit ini, tentu dengan membuang semua pertanyaan kenapa dan kenapa. Jalani saja dengan sebagaimana adanya dengan pasrah. Ya, mungkin sesederhana itu yang disebut bahagia.
Tanggamus, 17 Mei 2021
Sumber Ilustasi: https://pixabay.com/id/photos/laki-laki-senja-bahagia-siluet-4142217/
Tidak ada komentar